top of page

Di Surabaya, Pasien Covid-19 Tunjukkan Nilai CT Ekstrem Rendah

“Apa Varian Barukah? Kejanggalan Lain yang Ditunjukkan oleh Pasien Covid-19 asal Pekerja Migran”

Kejanggalan lain yang ditunjukkan oleh pasien Covid-19 asal pekerja migran ini adalah jangka waktu kesakitan yang lebih dari dua pekan. ( Foto: Ilustrasi)
Kejanggalan lain yang ditunjukkan oleh pasien Covid-19 asal pekerja migran ini adalah jangka waktu kesakitan yang lebih dari dua pekan. ( Foto: Ilustrasi)

Koordinatberita.com| SURABAYA- Sejumlah pasien di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Surabaya, Jawa Timur, ditemukan bergejala tidak umum. Tim peneliti dari Universitas Airlangga sedang melakukan whole genome sequencing terhadap sampel dari para pasien yang merupakan pekerja migran itu untuk kemungkinan infeksi virus corona Covid-19 varian baru.


"Apakah termasuk varian baru, tentunya kita tunggu hasil pemeriksaan WGS yang dilakukan oleh Universitas Airlangga," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, dalam konferensi pers secara virtual, Jumat sore 10 September 2021.


Nadia menerangkan, pasien yang menunjukkan gejala tidak umum itu berasal dari kelompok pekerja migran Indonesia yang baru pulang ke Jawa Timur. Gejala yang dilaporkan berupa cycle threshold value yang sangat rendah, yakni berada di angka 1,8 dari kondisi umum 25 hingga paling rendah di angka 15.


CT value merupakan nilai yang muncul dalam pemeriksaan reaksi berantai polimerase (polymerase chain reaction, PCR) sebagai golden standard dalam pemeriksaan Covid-19. Nilai CT lebih tinggi menunjukkan konsentrasi virus dalam sampel yang diperiksa lebih sedikit, sehingga perlu lebih banyak siklus pemeriksaan untuk bisa mendapati keberadaannya.


Sebaliknya, semakin nilai CT itu rendah menandai konsentrasi virus semakin besar sehingga lebih mudah dideteksi oleh reaksi di PCR. Sebelumnya, nilai CT rendah ini digunakan sebagai indikasi infeksi virus corona Covid-19 varian Delta yang telah diketahui memiliki daya tular tertinggi dibandingkan varian awal SARS-CoV-2.


Kini, apa yang ditemukan pada pasien di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Surabaya dikhawatirkan menjadi tanda infeksi mutasi virus yang baru lagi. Namun Nadia menegaskan bahwa nilai CT bukanlah penentu kemunculan varian baru dari virus yang muncul pertama di Wuhan, Cina, tersebut.


"CT value tidak bisa menggambarkan apakah ini termasuk varian baru atau tidak tapi yang bisa memastikan adalah hasil laporan whole genome sequencing karena kita bisa memetakan mutasi yang terjadi dan mencocokkan dengan primernya," katanya.


Kejanggalan lain yang dilaporkan Rumah Sakit Darurat Covid-19 Surabaya adalah jangka waktu kesakitan pasien yang lebih dari dua pekan. Ini melebihi batas umum inkubasi SARS-CoV-2 di tubuh manusia selama ini. CT value pasien umumnya, menurut Siti Nadia, akan bertahap naik dan membaik menjelang pekan kedua sejak terjadi infeksi.


Nadia menegaskan sampai saat ini pemerintah melalui sejumlah instansi terkait belum mendeteksi varian baru virus corona Covid-19 di Indonesia. Dia merujuk kepada varian Mu atau B. 1.621, varian terbaru yang mengisi daftar variant of interests dari WHO.


"Kami terus memperketat penjagaan di pintu masuk perjalanan internasional di seluruh daerah serta mendorong Satgas Bandara dan pemerintah daerah menjalankan protokol karantina sesuai dengan surat edaran yang berlaku," katanya.


Varian Mu menjadi perhatian terbaru para peneliti dunia karena memiliki mutasi-mutasi yang memungkinkannya mampu menerobos

pertahanan yang dibuat vaksin yang ada saat ini. Varian baru Covid-19 ini dideteksi pertama di Kolombia.@_**

2 tampilan
Single Post: Blog_Single_Post_Widget
Recent Posts
Kami Arsip
bottom of page