Ribuan Massa Hadiri Acara Malam Puncak, Pataka Bulan PRB 2026 Diserahkan ke Provinsi Banten
- khoirulfatma13
- 4 hari yang lalu
- 3 menit membaca

KOORDINATBERITA.COM | Mojokerto - Genderang puncak peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tahun 2025 menggema di “Bumi Majapahit”, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (2/10) malam. Hamparan luas lapangan Trowulan menjadi saksi kebersamaan ribuan insan penanggulangan bencana dari berbagai penjuru Indonesia.
Suasana penuh semangat dan kehangatan begitu terasa ketika pemerintah, relawan, akademisi, komunitas, hingga masyarakat umum berkumpul untuk merayakan sekaligus meneguhkan komitmen dalam membangun ketangguhan bangsa menghadapi ancaman bencana.
Serangkaian acara puncak peringatan Bulan PRB 2025 ini tidak sekadar menjadi seremoni tahunan, melainkan momentum bersama untuk menguatkan sinergi. Berbagai kegiatan mulai dari pameran inovasi kebencanaan, diskusi publik, gelar budaya, penanaman pohon, fun run for resilience, hingga simulasi kesiapsiagaan melibatkan partisipasi aktif warga. Semua hadir dengan semangat belajar, berbagi pengalaman dan saling menguatkan.

Peringatan PRB tahun ini mengusung semangat bahwa pengurangan risiko bencana bukan hanya tugas pemerintah semata, melainkan gerakan bersama. Dengan mengedepankan kearifan lokal, inovasi teknologi dan kolaborasi multipihak, diharapkan lahir masyarakat yang semakin tangguh.
Melalui rangkaian peringatan Bulan PRB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai inisiator bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur menegaskan bahwa investasi terbaik dalam penanggulangan bencana adalah membangun kesiapsiagaan sejak dini. Lewat momentum ini, Mojokerto tidak hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga simbol semangat gotong royong Indonesia dalam menghadapi bencana.
Surya Majapahit Bersinar di Langit Trowulan
Kabupaten Mojokerto yang dipilih sebagai tuan rumah puncak peringatan Bulan PRB tahun ini bukan secara kebetulan, melainkan sarat akan makna. Mewakili provinsi tuan rumah, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak sempat menyinggung tentang “Surya Majapahit” yang dapat dimaknai sebagai simbol kejayaan masa lalu yang terpahat dalam sejarah Mojokerto sebagai Bumi Majapahit.
Surya yang bersinar dengan delapan sinarnya itu menjadi lambang arah kekuatan. Sama halnya dengan masyarakat hari ini. Sinar itu dimaknai sebagai arah ketanguhan, kesiapan, kepedulian, gotong royong, pegetahuan, inovasi, kearifan lokal, keberanian dan harapan. Delapan cahaya itu menuntun bangsa agar tetap berdiri kokoh di tengah ancaman bencana.
"Nilai-nilai ini yang akan kita lestarikan, sebagai tempat semangat dan ketangguhan Majapahit. Semoga menjadi simbol ketangguhan bencana di seluruh tanah air,” ucap Emil.
Menko PMK Ajak Masyarakat Budayakan Pencegahan Bencana
Berikutnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Pratikno turut mengajak seluruh hadirin yang hadir untuk menjadikan upaya pencegahan bencana menjadi sebuah budaya. Pencegahan itu menurut Pratikno dapat dimulai dari hal yang paling sederhana seperti membuang sampah sembarangan.
"Bencana itu memang bisa datang dengan tidak terduga. Tapi ada jenis bencana seperti banjir kita bisa cegah beberapa waktu sebelumnya,” ungkap Pratikno.
"Tapi tolong kita cegah bencana. Yang sederhana saja. Coba kita buang sampah sembarangan. Kita jaga sungai agar tidak banjir karena sampah,” imbuhnya.
Doa Bersama
Suasana lapangan yang semula riuh, menjadi hening dan penuh khidmat setelah Wakil Gubernur Jawa Timur maupun Menko PMK bersama-sama menyelipkan pesan kepedulian di dalam sambutannya.
Dengan suara yang tenang dan sarat akan empati, keduanya mengajak hadirin yang hadir untuk berdoa bersama atas beberapa kejadian bencana yang melanda wilayah Jawa Timur, seperti gempabumi bermagnitudo (M) 5,7 Banyuwangi, Gempabumi M 6,5 Sumenep dan yang masih dalam penanganan yakni bencana kegagalan teknologi yang menimpa para santri di pondok pesantren Al Khoziny.
“Suasana yang prihatin ini, mari kita doakan semua petugas semoga diberikan keselamatan. Kepada keluarga korban yang terdampak diberikan kekuatan dan yang kepada yang berpulang khusnul khotimah,” ucap Emil Dardak.
“Mohon doanya, semoga bencana semacam ini tidak terulang di kemudian hari. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang selalu tampil untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di tengah kondisi darurat bencana,” kata Pratikno.
Momentum itu sekaligus menghadirkan rasa kebersamaan yang nyata bahwa di balik peringatan Bulan PRB 2025, ada makna kemanusiaan yang tak boleh lepas. Bencana memang dapat terjadi dan datang kapan saja. Hanya dengan hati yang bersatu bangsa ini akan tetap tangguh.
Bendera Pataka Diboyong ke Banten
Di penghujung rangkaian puncak acara, Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M., sebagai pucuk pimpinan tertinggi penanggulangan bencana di Indonesia menyerahkan bendera pataka dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur kepada Pemerintah Provinsi Banten.
Momentum penutupan itu sekaligus menjadi penanda bahwa peringatan Bulan PRB tahun 2026 akan dilaksanakan di Provinsi Banten. Bendera pataka pun berpindah dari ujung timur dan secara resmi diboyong menuju ujung barat Pulau Jawa.
Hari ini, Mojokerto mengajarkan satu hal penting, bahwa penguangan risiko bencana adalah tentang kebersamaan. Tentang pemerintah yang hadir mendukung, komunitas yang bergotong-royong, anak-anak yang belajar sejak dini hingga masyarakat yang tak pernah berhenti menjaga alamnya.
Terima kasih Mojokerto, Jawa Timur! Selamat datang Banten! Mari jaga bumi Indonesia seisinya! Salam Tangguh! Salam Kemanusiaan!.@_Adm
Komentar