Warna Kehidupan Kota Surabaya di Balik Jaket Hijau: Harapan Tinggi di Setiap Dering Notifikasi
- khoirulfatma13
- 5 menit yang lalu
- 2 menit membaca

KOORDINATBERITA.COM | Surabaya — Dunia perkotaan memang identik dengan segala sesuatu yang lebih menjanjikan. Mulai dari penghasilan fasilitas, hingga peluang pekerjaan, semua seolah berpusat di kota besar. Tak heran jika banyak orang datang ke Surabaya dengan satu harapan, yaitu memperbaiki taraf hidup.
Di antara hiruk-pikuk jalanan dan deru kendaraan, ada sosok Agus Haryanto, pengemudi ojek online yang merupakan seorang kepala keluarga dan ayah bagi anak-anaknya. Delapan tahun terakhir ia telah menggantungkan hidupnya pada setiap dering pada notifikasi aplikasi hijau.
Agus memulai pekerjaannya sebagai mitra ojek online sejak tahun 2016. Sebelumnya, ia bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel. Namun, penghasilannya kala itu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang terus bertambah. Penghasilan yang kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya membuat ia beralih menjadi driver ojek online. Harapannya hanya satu: membahagiakan istri dan ketiga anaknya di rumah.
Rutinitasnya dimulai setiap pukul enam pagi. Dengan jaket hijau kebanggaan yang melekat di tubuhnya dan helm yang sudah mulai kusam, Agus berangkat menyusuri jalanan Surabaya. Ia biasanya bekerja hingga siang hari, kemudian pulang ke rumah untuk makan siang dan berkumpul sejenak dengan keluarga. Setelah itu, sekitar pukul dua atau tiga sore, Agus kembali ke jalan untuk melanjutkan mencari penumpang hingga menjelang malam.
Dalam sehari, Agus bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp125.000 hingga Rp150.000. Uang itu ia gunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga dan pendidikan tiga anaknya. Anak pertama yang kini duduk di bangku SMK, anak kedua di kelas empat SD, dan si bungsu yang masih di taman kanak-kanak. “Kalo dibilang cukup ya nggak mbak, tapi pokoknya bisa buat nyekolahkan anak dan menuhin kebutuhannya mereka.”
Namun, seperti yang kita ketahui bahwasannya setiap pekerjaan memiliki suka dan dukanya masing-masing, tidak setiap hari dapat berjalan dengan mulus. Dalam perjalanan mengantarkan saya ke kampus pagi itu, Agus bercerita tentang suka duka yang dialaminya selama bertahun-tahun bekerja sebagai driver ojek online di perkotaan.
“saya itu seneng mbak, kalau dapat penumpang yang ngasih tip lebih. Meski cuman Rp.1000 atau Rp.2000 saya udah bersyukur banget itu,” katanya sambil tersenyum tipis.
Di sisi lain, ia juga mengaku kerap kali menghadapi pelanggan yang kurang pengertian.“Kadang ada yang marah-marah ke saya mbak, padahal salahnya itu di map yang menyesatkan saya waktu di perjalanan, bukan saya sengaja lama jemput atau gimana. Tapi ya mau gimana lagi mbak, namanya juga cari nafkah, jadi harus sabar.”
Di balik kerasnya kehidupan kota, Agus tetap menyimpan rasa syukur. Baginya, setiap notifikasi order yang masuk adalah tanda rezeki yang tak boleh disia-siakan. Jaket hijau yang ia kenakan bukan sekadar seragam, melainkan simbol perjuangan seorang ayah yang berlari melawan waktu, panas, dan hujan demi memastikan keluarganya tetap bisa makan dan belajar dengan tenang.
Perbincangan kala itu di tutup dengan Agus yang tersenyum tulus seraya mendoakan kesuksesan bagi saya sebelum kembali menyalakan motornya, bersiap menerima notifikasi berikutnya—harapan kecil yang selalu ia tunggu di setiap deringnya.@_Mahrin






















































































































