Koordinatberita.com| JAKARTA- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini terhadap kemunculan fenomena La Nina yang berdampak ke Indonesia. Sebab, hasil deteksi dini BMKG menunjukkan anomali pendingin suhu permukaan laut di Samudera Pasifik ekuator terus meningkat.
"Telah melewati ambang batas kejadian La Nina," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rapat koordinasi nasional virtual, Jumat, 29 Oktober 2021.
Pada Dasarian III September 2021, kata Dwikorita, anomali pendinginan ini mencapai minus 0,63. Lalu, besaran anomali ini terus naik mencapai 0,92 pada Dasarian II Oktober 2021. Apabila mencapai angka -1, maka dapat disimpulkan sudah terjadi La Nina dengan skala moderat.
BMKG pun memperkirakan fenomena La Nina, mulai dari lemah hingga moderat, akan berlangsung hingga Februari 2022. Prediksi serupa juga disampaikan oleh lembaga pemantau cuaca di negara lain seperti Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.
Konsekuensi utama dari La Nina ini adalah meningkatnya curah hujan di sejumlah daerah di tanah air. November 2020, kata Dwikorita, fenomena La Nina dengan skala lemah ke moderat juga terjadi di tanah air.
Akibatnya, kala itu curah hujan naik 20 sampai 70 persen di atas normal di berbagai wilayah. Mulai dari Sumatera bagian selatan, Jawa Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, hingga Sulawesi Selatan.
Di tahun tersebut, curah hujan pun juga meningkat secara konsisten dari November 2020 ke Januari 2021. Berdasarkan data tahun lalu, diprediksi akan terulang kembali dengan intensitas yang serupa," kata dia.
Contohnya pada November ini, BMKG memprediksi kenaikan curah hujan akan mulai terjadi di beberapa daerah yang diberi tanda hijau tua. Daerah tersebut tersebar di Jawa Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, hingga Sumatera Utara bagian timur. "Diprediksi akan akibatkan peningkatan curah hujan bulanan 70 persen," kata dia.@_**
