top of page

Lagi-lagi Rupiah Tumbang oleh Dolar AS


Analis pasar uang Ibrahim Assuabi menyampaikan bahwa pada perdagangan rupiah di awal pekan ini dibuka fluktuatif. Namun begitu, ia tak memungkiri jika gerak mata uang Garuda tersebut lebih condong ke zona merah hingga penutupan perdagangan.
Analis pasar uang Ibrahim Assuabi menyampaikan bahwa pada perdagangan rupiah di awal pekan ini dibuka fluktuatif. Namun begitu, ia tak memungkiri jika gerak mata uang Garuda tersebut lebih condong ke zona merah hingga penutupan perdagangan.

KOORDINATBERITA.COM| Jakarta- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS keok pada pembukaan perdagangan awal pekan ini. Mata uang Garuda tak mampu melawan tren kedigdayaan mata uang Negeri Paman Sam tersebut.


Mengutip data Bloomberg, Senin, 25 April 2022, kurs rupiah anjlok hingga 98 poin atau setara 0,68 persen ke posisi Rp14.459 per USD dari Rp14.362 per USD pada perdagangan hari sebelumnya.


Rupiah berada pada rentang Rp14.432 per USD sampai Rp14.493 per USD dengan year to date return 1,38 persen. Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah stagnan di level Rp14.358 per USD.


Analis pasar uang Ibrahim Assuabi menyampaikan bahwa pada perdagangan rupiah di awal pekan ini dibuka fluktuatif. Namun begitu, ia tak memungkiri jika gerak mata uang Garuda tersebut lebih condong ke zona merah hingga penutupan perdagangan.


"Untuk perdagangan Senin, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.350 per USD hingga Rp14.380 per USD," jelas Ibrahim, Senin, 25 April 2022.


Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah ini terjadi akibat kenaikan angka inflasi global, yang menjadi permasalahan serius ekonomi dunia. Kenaikan inflasi tak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga negara maju yang semakin menjadi masalah serius dan harus segera ditangani.


"Peningkatan inflasi di berbagai belahan dunia merupakan dampak dari konflik Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung," paparnya.


Di sisi lain, ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina menyebabkan tingginya harga komoditas, terutama harga energi dan makanan yang berdampak langsung kepada seluruh negara.


"Selain inflasi, dampak konflik kedua negara adalah melalui jalur perdagangan. Ketegangan ini tentunya membuat masalah dalam rantai pasokan global serta membuat perlambatan pertumbuhan ekonomi global," terang dia.


Dengan adanya konflik kedua negara ini, Dana Moneter Internasional (IMF) pun merevisi ke bawah proyeksi ekonomi global dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen pada tahun ini.


Tak hanya di jalur perdagangan, konflik Rusia dan Ukraina pun memberi dampak kepada jalur keuangan dengan implikasi banyaknya bank sentral dunia yang merasa perlu menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi dan pengetatan likuiditas global.


"Indonesia ikut terkena dampaknya dengan naiknya harga komoditas sehingga mengakibatkan inflasi yang tinggi dan ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di 2022 yang kemungkinan juga akan menurun," papar Ibrahim.@_**

19 tampilan
Single Post: Blog_Single_Post_Widget
Recent Posts
Kami Arsip
bottom of page